Rabu, 09 Maret 2011

EVALUASI KURIKULUM

Pengertian Evaluasi Kurikulum

Evaluasi Dan Kurikulum Merupakan 2 Disiplin Ilmuyang Berdiri Sendiri,Ada Pihak Yang Berpendapat Antara Keduanya Tidak Ada Hubungan,Tetapi Ada Pihak Lain Yang Menyatakan Keduanya Mempunyai Hubungan Yang Sangat Erat.Hubungan Tersebut Merpakan Hubungan Sebab Akibat,Perubahan Dalam Kurikulum Berpengaruh Pada Evaluasi Kurikulum,Sebaliknya Perubahan Evaluasi Perubahan Evaluasi Akan Memberi Warna Pada Pelaksanaan Kurikulum,Hubungan Antara Evaluasi Dengan Kurikulum Bersifat Organis Dan Prosesnya Berlangsung Secara Evolusioner.

Evaluasi Kurikulum Sukar Di Rumuskan Secara Tegas Hal Itu Disebabkan Beberapa Faktor :

Evaluasi Kurikulum Berkenaan Dengan Fenomena-Fenomena Yang Terus Berubah
Objek Evaluasi Kurikulum Adalah Sesuatu Yang Berubah-Ubah Sesuai Dengan Konsep Yang Digunakan
Evaluasi Kurikulum Merupakan Suatu Usaha Yang Dilakukan Oleh Manusia Yang Sifatnya Juga Berubah
R.A Becher,Seorang Ahli Pendidikan Dari Universitas Sussex Inggris Menyatakan Tiap Program Pengembangan Kurikulum Mempunyai Style Dan Karakteristik Tertentu, Dan Evaluasi Dari Program Tersebut Akan Memperhatikan Style Dan Karakteristik Yang Sama Pula ,Seorang Evaluator Akan Menyusun Program Evaluasi Kurikulum Sesuai Dengan Style Dan Karakteristik Yang Dikembangkannya.

Konsep-Konsep Evaluasi Kurikulum Dibagi Menjadi 2

Deskriptif
Preskriptif
Luas Atau Sempitnya Suatu Suatu Program Evaluasi Kurikulum Sebenarnya Ditentukan Oleh Tujuannya.Doll ( 1976 ) Mengemukakan Syarat-Syarat Suatu Program Evaluasi Kurikulum Yaitu Suatu Evaluasi Kurikulum Harus Nilai Dan Penilaian ,Punya Tujuan Atau Sasaran Yang Jelas,Bersifat Menyeluruh Dan Terus Menerus Berfungsi Diagnostik Dan Tevintegrasi.

Evaluasi Kurikulum Juga Bervariasi,Bergantung Pada Dimensi-Dimensi Yang Menjadi Fokus Evaluasi,Salah Satu Dimensi Yang Sering Mendapat Sorotan Adalah Kuantitas Dan Kualitas

Konsep Kurikulum
Kurikulum Merupakan Daerah Studi Intelek Yang Cukup Luas.Banyak Teori Tentang Kurikulum,Beberapa Teori Menekankan Pada Rencana,Yang Lainnya Pada Inovasi Pada Dasar-Dasar Filosofis Dan Pada Konsep-Konsep Yang Diambil Dari Ilmu Prilaku Manusia.Secara Sederhana Kurikulum Dapat Diklasifikasikan Atas Teori -Teori Yang Lebih Menekankan Pada Isi Kurikulum,Pada Situasi Pendidikan Serta Pada Organisasi Kurikulum

1) Penekanan Kepada Isi Kurikulum

Strategi Pengembangan Yang Menekankan Isi Merupakan Yang Paling Lama Dan Banyak Dipakai,Tetapi Juga Terus Mendapat Penyempurnaan Atau Pembaharuan.Sebab-Sebab Yang Mendorong Pembaharuan Ini Bermacam-Macam :

Karena Didorong Oleh Tuntutan Untuk Menguatkan Kembali Nilai-Nilai Moral Dan Budaya Dari Masyarakat

2) Karena Perubahan Dasar Filosifis Tentang Struktur Pengetahuan

3) Karena Adanya Tuntutan Bahwa Kurikulum Harus Lebih Berorientasi Pada Pekerjaan

4) Penekanan Pada Situasi Pendidikan

Tipe Kurikulum Ini Lebih Menekankan Pada Masalah Dimana,Bersifat Khusus,Sangat Memperhatikan Dan Disesuaikan Dengan Lingkungannya,Seperti Kurikulum Kelompok Masyarakat Nelayan,Kurikulum Daerah Pesisir Dll,Tujuanya Adalah Menghasilkan Kurikulum Yang Benar-Benar Merefleksikan Dunia Dari Kehidupan Dari Lingkungan Anak,Sifat Lain Tipe Ini Adalah Kurang Atau Tidak Menekan Kepada Spesifikasi Dan Organisasi Lebih Menunjukan Fleksibelitas Dalam Interpretasi Dan Pelaksanaanya,Pengetahuan Dianggap Bersifat Relatif Terhadap Situasi-Situasi Yang Khusus Sesuai Dengan Kondisi Setempat,Kurikulum Ini Ruang Lingkupnya Sempit

5) Penekanan Pada Organisasi

Tipe Kurikulum Ini Sangat Menekankan Pada Proses Belajar Mengajar,Meskipun Dengan Berbagai Perbedaan Dan Disana-Sini Ada Pertentangan.Menurut Bruner Dan Jean Piageat,Keduanya Sangat Mempengaruhi Perkembangan Kurikulum Tipe Ini ( Pengajaran Berprogram,Pengajaran Modul,Pengajaran Dengan Bantuan Komputer ) Perbedaanya Sangat Jelas Antara Kurikulum Yang Menekankan Organisasi Dengan Yang Menekankan Isi, Dan Situasi Adalah Memberikan Perhatian Yang Sangat Besar Kepada Peserta Didik,Anak Menurut Bruner Merupakan Hasil Yang Sangat Kompleks ,Biologi Dan Sosial Harus Berpartisipasi Secara Aktif Dalam Lingkungan Belajar,Menguasai Bahasa Dan Menguasai Kemampuan-Kemampuan Kognitif

Implementasi Dan Evaluasi Kurikulum
Konsep Kurikulum Yang Menekankan Isi,Memberikan Peranan Besar Pada Analisis Pengetahuan Baru Yang Ada,Konsep Penilaian Menutut Penilaian Secara Rinci Tentang Lingkungan Belajar,Dan Konsep Organisasi Memberi Perhatian Besar Pada Struktur Belajar

Pengembangan Kurikulum Yang Menekankan Isi Membutuhkan Waktu Mempersiapakan Situasi Belajar Dan Menyatukannya Dengan Tujuan Pengajaran Yang Cukup Lama.Kurikulum Yang Menekankan Pada Situasi Waktu Untuk Mempersiapkannya Lebih Pendek,Sedangkan Kurikulum Yang Menekankan Pada Organisasi Waktu Persiapannya Hampir Sama Dengan Kurikulum Yang Menekankan Pada Isi,Kurikulum Yang Menekankan Organisasi,Strategi Penyebarannya Sangat Mengutamakan Latihan Guru

Model Evaluasi Kaitnya Dengan Teori Kurikulum Perbedaan Konsep Dan Strategi Pengembangan Dan Penyebaran Kurikulumnya ,Juga Menimbulkan Perbedaan Dalam Rancangan Evaluasi ,Model Evaluasi Yang Bersifat Komporatif Atau Menekankan Pada Objek Sangat Sesuai Bagi Kurikulum Yang Bersifat Rasional Dan Menekankan Isi,Dalam Kurikulum Menekankan Situasi Sukar Disusun Evaluasi Yang Bersifat Kompratif Karena Konteksnya Bukan Terhadap Guru Atau Satu Tujuan Tetapi Terdapat Banyak Tujuan.

Pada Kurikulum Yang Menekankan Organisasi,Tugas Evaluasi Lebih Sulit Lagi,Karena Isi Dan Hasil Kurikulum Bukan Hal Yang Utama,Yang Utama Adalah Aktivitas Dan Kemampuan Siswa Salah Satu Pemecahan Bagi Masalah Ini Dengan Pendekatan Yang Bersifat Elektrik Seprti Dalam Proyek Kurikulum Humanistik Dan CARE ( Center For Applied Research In Education ) Dalam Proyek Itu Dicari Perbandingan Materi Antara Proyek Yang Menggunakan Guru Yang Terlatih Dengan Yang Tidak Terlatih ,Dalam Evaluasinya Juga Diteliti Pengaruh Umum Dari Proyek,Dengan Cara Mengumpulkan Bahan-Bahan Secara Studi Kasus Dari Sekolah-Sekolah Proyek

Teori Kurikilim Dan Teori Evaluasi,Model Evaluasi Kurikulum Berkaitan Erat Dengan Konsep Kurikulum Yang Digunakan,Seperti Model Pengembangan Dan Penyebaran Dihasilkan Oleh Kurikulum Yang Menekankan Isi

Macam-Macam Model Evaluasi Yang Dipergunkan Bertumpu Pada Aspek -Aspek Tertentu Yang Diutamakan Dalam Proses Pelaksanaan Kurikulum.Model Evaluasi Yang Bersifat Kompratif Berkaitan Erat Dengan Tingkah-Tingkah Laku Individu,Evaluasi Yang Menekakan Tujuan Berkaitan Erat Dengan Kurikulum Yang Menekankan Pada Bahan Ajar Atau Isi Kurikulum Model ( Pendekatan ) Antropologis Dalam Evaluasi Ditujukan Untuk Mengevaluasi Tingkah-Tingkah Laku Dalam Suatu Lembaga Sosial,Dengan Demikian Sesungguhnya Terdpat Hubungan Yang Sangat Erat Antara Evaluasi Dengan Kurikulum.

Peranan Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum dapat dilihat sebagai proses sosial dan sebagai institusi sosial mempunyai asal usul,sejarah struktur serta intersef sendiri,beberapa karakteristik dari proyek-proyek kurikulumyang telah dikembangkan di inggris,umpamanya :

1. Lebih Berkenaan Dengan Inovasi Daripada Dengan Kurikulum Yang Ada

2. Lebih Berskala Nasional Daripada Lokal

3. Di Biyayai Oleh Grant Dari Luar Yang Berjangka Pendek Daripada Oleh Anggaran Tetap

4. Lebih Banyak Dipengaruhi Oleh Kebiasaan Penelitian Yang Bersifat Psikometris Daripada Kebiasaan Lamayang Berupa Penelitian Sosial

Peranan Evaluasi Kebijaksanaan Dalam Kurikulum Khususnya Pendidikan Umumnya Minimal Berkenaan Dengan 3 Hal Yaitu :

1. Evaluasi Sebagai Moral Judgement,Konsep Utama Dalam Evaluasi Adalah Masalah Nilai,Hasil Dari Suatu Evaluasi Berisi Suatu Nilai Yang Akan Digunakan Untuk Tindakan Selanjutnya Hal Ini Mengandung 2 Pengertian 1,Evaluasi Berisi Suatu Skala Nilai Moral,Berdasarkan Skala Tersebut Suatu Objek Evaluasi Dapat Dinilai 2,Evaluasi Berisi Suatu Perangkat Kriteria Praktis Berdasarkan Kriteria-Kriteria Suatu Hasil Dapat Dinilai

2. Evaluasi Dan Penentuan Keputusan,Pengambilan Keputusan Dalam Pelaksanaan Pendidikan Atau Kurikulumbanyak Yaitu:Guru,Murid,Orang Tua,Kepala Sekolah,Para Inspektur,Pengembangan Kurikulum Dll,Beberapa Diantara Mereka Yang Memegang Peranan Paling Besar Dalam Penetuan Keputusan.Pada Prinsipnya Tiap Individu Diatas Membuat Keputusansesuai Dengan Posisinya.

3. Evaluasi Dan Konsesus Nilai Dalam Berbagai Situasi Pendidkan Serta Kegiatan Pelaksanaan Evaluasi Kurikulum Sejumlah Nilai-Nilai Dibawakan Oleh Orang-Orang Yang Ikut Terlibat Dalam Kegiatan Penilaian Atau Evaluasi,Para Partisipan Dalam Evaluasi Pendidikan Dapat Terdiri Dari :Orang Tua,Murid,Guru,Pengembang Kurikulum,Administrator,Ahli Politik,Ahli Ekonomi,Penerbit,Arsitek Dsb.Bagaimana Caranya Agar Dapat Diantara Mereka Terdapat Kesatuan Penilaian Hanya Dapat Di Capai Melalui Suatu Consensus.

Secara Historis Konsensus Nilai Dalam Evaluasi Kurikulum Berasal Tradisi Tes Mental Serta Eksperimen

UJIAN SEBAGAI EVALUASI SOSIAL
Sejsk Diperkenalkanya System Ujian Atau Tes Untuk Umum Di Amerika Serikat Dan Negara-Negara Lain Pengukuran Yang Berbentuk Umum ( Publik ) Tsb Merupakan Salah Satu Model Dalam Pendidikan Menguji Adalah Mengevaluasikan Dengan Adanya Ujian-Ujian Tersebut,Maka Jenis-Jenis Kemampuan Tertentu Dipandang Menunjukan Status Lebih Tinggi Dibandingkan Dengan Kemampuan Lainnya, Keberhasilan Dalam Ujian Pengetahuan Dan Kemampuan Skolistik, Selama Bertahun-Tahun Di Tentukan Oleh Kemampuan Mengingat Fakta-Fakta Kecenderungan Ini Bukan Saja Di Dasari Oleh Teori Psikologi Lama, Yang Memandang Bahwa Otak Yang Lebih Baik Mampu Menguasai Fakta Lebih Banyak,Tetapi Juga Oleh Keadaan Masyarakat Dimana Buku-Buku Sumber Pengetahuan Secara Relative Tidak Berubah Selama 2 Abad.Ujian Bukan Saja Menunjukan Nilai Pengetahuan Atau Kemampuan Social,Tetapi Juga Peraturan Dari Sekolah.Dalam Dua Decade Pertama Dari Abad 20 Sejumlah Ahli Psikologi Dikumpulkan Dalam Satu Komisi Untuk Menyusun Tes Kecerdasan.Hasilnya Digunakan Untk Menyeleksi Anak-Anak Yang Akan Masuk Kesekolah, Menengah Yang Tidak Mampu Membayar Uang Sekolah.Kemudian Testersebut Juga Digunakan Barometer Penentuan Kenaikan Kelas ,System Ujian Seperti Yang Dilakukan Diatas,Lebih Banyak Digunakan Untuk Mengukur Atau Menguji Kemampuan Individu Kalau Untuk Mengukur Kemampuan Siswa Digunakan Istilah Examantion Atau Asesment Maka Untuk Penilain Keseluruhan Situasi Sekolah Atau Kurikulum Lebih Tepat Digunakan Istilah Evalution

Para Evaluator Menyadari Bahwa Aneka Macam Kerangka Kerja Evaluasi Mempunyai Implikasi Terhadap Penentuan Keputusan Pendidikan.Barry Me Donald ( 1975 ) Membedakan Adanya Tiga Tipe Evaluasi Dalam Pendidikan Dan Kurikulum Yaitu :

1. Evaluasi Birokratik,Merupakan Suatu Layanan Yang Bersipat Unconditional Terhadap Lembaga-Lembaga Pemerintahan Yang Memiliki Wewenang Control Terbesar Dalam Alokasi Sumber-Sumber Pendidikan

2. Evaluasi Otoraktik Merupakan Layanan Evaluasi Terhadap Lembaga-Lembaga Pemerintah Yang Mempunyai Wewenang Control Cukup Besar Dalam Mengalokasikan Sumber-Sumber Pendidikan

3. Evaluasi Demokrasi Merupakan Layanan Pembesaran Informasi Terhadap Masyarakat, Tentang Program-Program Pendidikan.

Sebagai Contoh MC DONALD Memandang Bahwa Pelaksanaan Evaluasi Di Amerika Serikat Dewasa Ini Bersifat Birokratik Karena Kenyataanya Evaluasi Basar Di Percayai Oleh Pemerintah Pusat Atau Negara Bagian,Kedudukan Evaluator Berbeda-Beda Di Bawah Lembaga-Lembaga Federal

F. Model-Model Evaluasi Kurikulum

1. Evaluasi Model Penelitian

a. Tes Psikologi Pada Umumnya Mempunyai Dua Bentuk Yaitu Tes Intelegensi Yang Di Tujukan Untuk Mengukur Kemampuan Bawaan,Serta Tes Hasil Belajar Yang Mengukur Prilaku Skolastik.

b. Eksperimen Lapangan Dalam Pendidikan,Di Mulai Tahun 1930 Dengan Menggunakan Metode Yang Biasa Di Gunakan Dalam Penelitian Botani Pertaman,Ada Beberapa Kesulitan Yang Dihadapi Dalam Ekperimen Tersebut :

1. Kesulitan Administrasi,Sedikit Sekali Sekolsh Yang Bersedia Dijadikan Sekolah Eksperimen.

2. Masalah Teknis Dan Logis Yaitu Kesulitan Menciptakan Suasan Kelas Yang Sam Waktu Kelompok-Kelompok Yang Di Uji

3. Sukar Untuk Mencampurkan Guru-Guru Untuk Mengajar Pada Kelompok Eksperimen Dengan Kelmpok Control,Pengaruh Guru-Guru Tersebut Sukar Dikontrol

4. Adanya Keterbatasan Mengenai Manipulasi Eksperimen Yang Dapt Dilakukan

2. Evaluasi Model Objektif

Evaluasi Model Objektif ( Model Tujuan ) Berasal Dari Amerika Serikat,Perbedaan Model Objektif Ada Dalam Dua Hal :

1) Dalam Model Objektif Evaluasi Merupakan Bagiasn Yang Sangat Penting Dari Proses Pengembangan Kurikulum

2) Kurikulum Tidak Dibandingkan Dengan Kurikulum Lain Tetapi Diukur Dengan Seperangkat Objektif ( Tujan Khusus )

.Ada Beberapa Persyaratan Yang Harus Dipenuhi Oleh Tim Pengembang Model Objektif :

1. Ada Kesepakatan Tentang Tujuan-Tujuan Kurikulum.

2. Merumuskan Tujuan-Tujuan Dalam Perbuatan Siswa.

3. Menyusun Materi Kurikulum Yang Sesuai Dengan Tujuan Tersebut.

4. Mengukur Kesesuaian Antara Perilaku Siswa Dengan Hasil Yang Diinginkan.

Dasar-Dasar Teori Tylor Dan Bloom Menjadi Prinsip Sentral Dalam Berbagai Rancangan Kurikulum Dan Mencapai Puncaknya Dalam Sistem Belajar Berprogram Dan Sistem Intruksional. Sistem Pengajaran Yang Terkenal Adalah IPI (Individually Prescribed Instruction). Suatu Program Yang Dikembangkan Oleh Learning Research And Develovment Centre Unuversitas Pittsburg. Dalam IPI Anak Mengikuti Kurikulum Yang Memiliki 7 Unsur :

1. Tujuan-Tujuan Pengajaran Yang Disusun Dalam Daerah- Daerah Tingkat-Tingkat Dan Unit-Unit.

2. Suatu Prosedur Program Testing.

3. Pedoman Prosedur Penulisan.

4. Materi Dan Alat Pengajaran.

5. Kegiatan Guru Dalam Kelas.

6. Kegiatan Murid Dalam Kelas.

7. Prosedur Pengelolaan Kelas.

3. Model Campuran Multivariasi.

Evaluasi Model Perbandingan (Comparative Approach) Dan Model Tylor Dan Bloom Melahirkan Evaluasi Model Campuran Multivariasi, Yaitu Strategi Evaluasi Yang Menyatukan Unsure-Unsur Dari Kedua Pendekatan Tersebut. Metode-Metode Tersebut Masuk Ke Bidang Kurikulum Setelah Computer Dan Program Paket Berkembang Yaitu Tahun 1960. Program Paket Berisi Program Statistik Yang Sederhana Yang Tidak Membutuhkan Pengetahuan Computer Untuk Menggunakannya. Dengan Berkembangnya Penggunaan Computer Memungkinkan Studi Lapangan Tidak Di Hambat Oleh Kesalahan Dan Kelambatan. Semua Masalah Pegolahan Statistik Dapat Dikerjakan Dengan Computer.

Langka- Langkah Model Multivariasi Tersebut Adalah :

1. Mencari Sekolah Yang Berminat Untuk Dievaluasi/Diteliti.

2. Pelaksanaan Program.

3. Sementara Tim Menyusun Tujuan Yang Meliputi Semua Tujuan Dari Pengajaran Umpamanya Dengan Metode Global Dan Metode Unsure Dapat Disiapkan Tes Tambahan.

4. Bila Semua Informasi Yang Diharapkan Telah Terkumpul, Maka Mulailah Pekerjaan Computer.

5. Tipe Analisis Dapat Juga Digunakan Untuk Mengukur Pengaruh Bersama Dan Beberapa Variable Yang Berbeda.

Beberapa Kesulitan Dihadapi Dalam Model Campuran Multivariasi Ini

1. Diharapkan Memberi Tes Statistik Yang Signifikan (Model Kurikulum Ini Lebih Sesuai Bagi Evaluasi Skala Besar.

2. Terlalu Banyak Variabel Yang Perlu Dihitung Pada Suatu Saat Kemampuan Computer Hanya Sampai 40 Variabel

3. Meskipun Model Multivariasi Telah Mengurangi Masalah Control Berkenaan Dengan Eksperimen Lapangan Tetapi Tetap Menghadapi Masalah-Masalah Perbandingan.

G. Evaluasi Kurikulum Pada Tingkat Makro Dan Mikro

1. Evaluasi Pada Tingkat Mikro

a. Tujuan Evaluasi

Adanya Sekurang-Kurangnya Dua Tujuan Pokok Yang Ingin Dicapai Melalui Kegiatan Evaluasi Kurikulum.Pada Tingkay Mikro Ini

Þ Mengukur Efek Pengajaran Tujuan Utama Evaluasi Program Pada Tingkat Mikro Adalah Untuk Memperoleh Gambaran Tentang Efek Atau Pengaruh Dari Pengajaran Yang Telah Diberikan Terhadap Penguasaan,Kemampuan Yang Ingin Dicapai Dalam Suatu Mata Ajaran

Þ Efek Atau Pengaruh Tersebut Dapat Diketahui Bila Dilakukan Perbadingan Antara Hasil Yang Dicapai Peserta Didik Sebelum Dan Sesudah Pengajaran Diberikan.

Þ Memperbaiki Pengajaran,Disamping Untuk Keperluan Pengukuran Efek Atau Pengaruh Pengajaran Evaluasi Program Tingkat Mikro Bertujuan Pula Untuk Memperoleh Gambaran Ataupun Inpormasi Tentang Bagian-Bagian Pelajaran Yang Masih Belum Dipahami Oleh Para Peserta Didik.

b. Jenis-Jenis Evaluasi

Þ Evaluasi Awal Di Lakukan Sebelum Pengajaran Diberikan,Fungsinya Ialah Untuk Mengetahui Kemampua Awal Peserta Didik Tentang Pelajaran Yang Akan Diberikan.

Þ Evaluasi Antara ; Dilakukan Pada Setiap Unit Bahan Yang Diberikan Dalam Suatu Mata Pelajaran,Dapat Berbentuk Tes Dan Bentuk-Bentuk Evaluasi Yang Lain Tentang Unit Yang Bersangkutan.

Þ Evaluasi Akhir Dilaukan Setelah Pengajaran Diberikan.Fungsinya Ialah Untuk Memperoleh Gambaran Tentang Kemampuan Yang Dicapai Pesrta Didik Pada Akhir Program.

2. Evaluasi Kurikulum Pada Tinkat Yang Lebih Makro

Berikut Ini Berturut-Turut Akan Dijelaskan Tentag Tujuan,Jenis,Dan Skema Kegiatan Evaluasi Kurikulum Yang Tingkat Lebih Makro.

Tujuan Evaluasi
Evaluasi Kurikulum Pada Tingkat Yang Lebih Makro Dilakukan Untuk Menghasilkan Masukan-Masukan Yang Diperlukan Bagi Penyusunan Dan Perbaikan :

Þ Tujuan Dan Program Kurikulum

Þ Bahan Dan Pertalatan / Pasilitas Pendidikan

Jenis Evaluasi
Untuk Mencapai Tujuan Evaluasi Ada 4 Jenis Evaluasi Yang Perlu Dilakukan :

Þ Evaluasi Kontek : Evaluasi Ini Diadakan Untuk Menghasilkan Informasi Yang Diperlukan Dalam Perecanaan Program,Khususnya Dalam Penetuan Tujuan Dan Program Kuriklum Diklat

Þ Evaluasi Masukan : Evaluasi Ini Diadakan Untuk Menghasilkan Informasi Yang Diperlukan Dalam Penyiapan Dan Perbaikan Peralatan Pendidikan Yang Meliputi Bahan Ajar,Sarana / Alat Penunjang Media Pengajaran Stap Pengajar,Dan Sebagainya.

Þ Evaluasi Proses / Hasil Jangka Pendek : Informasi Untuk Keperluan Perbaikan Program Dan Pelaksanaan Pendidikan Mencakup Baik Informasi Tentang Proses Maupun Hasil Jangka Pendek Yang Dicapai Peserta Didik Selama Dan Pada Akhir Tiap Unit Program.

Þ Evaluasi Dampak / Hasil Jangka Panjang : Evaluasi Ini Diadakan Untuk Menghasilkan Informasi Yang Diperlukan Bagi Peninjauan Kembali Keseluruhan Program Pendidikan Dan Penentu Kegiatan Tindak Lanjut Yang Diperlukan Termasuk Perbaiakan Kurikulum Pada Siklus / Putaran Hidup.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Evaluasi Kurikulum Memegang Perenan Penting Baik Dalam Penetuan Kebijaksanaan Pendidikan Pada Umumnya,Maupun Pada Pengambilan Keputusan Dalam Kurikulum.Hasil-Hasil Evaluasi Kurikulum Dapat Digunakan Oleh Para Pemegang Kebjaksanaan Pendidikan Dan Para Pemegang Kurikulum Dalam Memeilih Dan Menetapkan Kebjaksanaan Pengembangan System Pendidikan Dan Pengembanagan Model Kurikulum Yang Digunakan.Hasil-Hasil Evaluasi Kurikulum Juga Dapat Digunakan Pleh Guru-Guru,Kepala Sekolah Dan Para Pelaksana Pendidikan Lainnya,Dalam Memahami Dan Membantu Perkembangan Siswa, Memilih Bahan Pelajaran,Memilih Metode Dan Alat-Alat Bantu Pelajaran, Cara Penilaian Serta Fasilitas Pendidikan Lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

_______________ Pengembangan Kurikulum

______ Tim Pengembangan MKDK Kurikulum Dan Pembelajaran.

________ Bandung Jurusan Kurikulum Dan Teknologi Pendidikan FIP UPI

Minggu, 27 Februari 2011

E-Book di Indonesia


Buku merupakan salah satu media yang sering digunakan pada saat proses belajar mengajar sedang berlangsung. Hampir seluruh sekolah di Indonesia, mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi memberikan informasi ilmu pengetahuan berbasiskan buku pelajaran. Namun hal ini mengalami banyak hambatan karena harga buku pelajaran susah dijangkau oleh kalangan masyarakat menengah ke bawah (Liputan 6.com; 2008). Sehingga pendistribusian materi suatu pelajaran kurang begitu merata ke objek belajar (pelajar).



Di tengah arus globalisasi dan arus informasi, pemerintah mulai menanggapi permasalahan tersebut. Pemerintah mencanangkan programe e-b o o k untuk menanggulangi harga buku pelajaran yang terlampau mahal, e-book merupakan versi electronik buku tercetak traditional yang dapat dibaca menggunakan personal computer atau menggunakan peralatan yang didisain khusus untuk membaca e-books. Peralatan tersebut bisa berupa tablet type, hand held device (PDA) atau eBook reader” (Prita Wulandari: 2006). Berdasarkan definisi ini dapat kita simpulkan bahwa ebook memiliki dua sifat penting, yaitu: pertama, ebook berbentuk digital. Kedua, ebook membutuhkan alat baca khusus.

Fenomena ebook ini memperlihatkan kita kepada perkembangan tehnologi yang cukup mengubah prilaku masyarakat secara umum. Yaitu, perkembangan wujud sebuah buku.

Perkembangan termutahir adalah sebuah buku ditulis dalam bentuk elektronik dalam bentuk Ebook. Jadi tidak perlu dicetak dalam bentuk media cetak lalu diberi cover buku dan kemudian dijilid. Cukup hanya diketik dan didesign dalam media elektronik seperti word prosesor dengan design tulisan dan image dalam bentuk digital kemudian disimpan hasilnya dalam format yang mudah dibaca sebagai sebuah file, umumnya dalam format pdf, maka jadilah sebuah buku elektronik yang kita kenal sebagai ebook.

Ebook adalah terobosan baru dalam dunia tehnologi tentang pola menampilkan wujud sebuah buku. Dengan ebook maka :

a. Kita dapat menyimpan buku dalam bentuk file yang sangat kecil ukurannya.
b. Kita dapat membaca buku melalui computer kita.
c. Karena bentuknya hanya sebuah file, maka kita dapat mempunyai perpustakaan elektronik dalam bentuk kumpulan buku dalam computer kita.

Dengan adanya ebook ini, pelajar yang membutuhkan buku tersebut cukup pergi ke internet dan mengunduh buku tersebut sehingga biaya yang dikeluarkan lebih murah daripada membeli buku. Hal ini ditunjang oleh adanya program pemerintah yang lain yaitu internet masuk sekolah baik sekolah perkotaan maupun pedesaan. Selain itu mobilitas pelajar sekolah usia anak-anak sampai remaja untuk berkunjung ke internet semakin besar.



http://www.managementfile.com/journal.php?sub=journal&awal=30&page=ict&id=293

http://blog.persimpangan.com/blog/2007/08/05/pemanfaatan-e-book-di-indonesia/



Ada beberapa alasan tentang penerapan ebook dalam dunia pendidikan. Pertama, buku elektronik merupakan konsekuensi langsung dari kemajuan era internet. Segala jenis informasi tersedia di dunia maya sehingga sumber informasi konvensional pun secara perlahan-lahan mulai memiliki versi digital, bahkan benar-benar beralih ke digital. Contohnya, salah satu web milik pustekom yang menyediakan buku-buku pelajaran elektronik yang dapat di unduh secara gratis.



Alasan kedua adalah buku elektronik mudah diperbaharui. Artinya, jika ada bacaan versi terbaru, tinggal diunduh saja. Yang lama, bisa disimpan dalam hardisk. Selain itu, buku elektronik ini juga gampang diakses kapan saja dan di mana saja. Jadi, Anda tidak perlu khawatir jika bahan bacaan Anda ketinggalan di rumah karena internet memudahkan Anda mengakses buku elektronik tersebut kembali.



Ketiga, nilai portabilitasnya terhitung tinggi. Bayangkan, sebuah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang sangat tebal itu tidak efisien ditenteng ke mana-mana oleh guru atau guru bahasa Indonesia. Sebagai perbandingan, penulis memiliki buku elektronik KBBI yang besarnya kurang dari 20 megabyte. Fitur pada aplikasi pembacanya pun, yakni Adobe Reader, memudahkan penulis untuk mencari arti satu kata tanpa perlu membolak-balikkan halaman sebagaimana lazimnya KBBI versi cetak. Dengan flashdisk berukuran 4 GB saja, ratusan buku, kamus, referensi, juga buku elektronik lainnya dapat dengan mudah disimpan.



Murah. Itu alasan keempat mengapa buku elektronik perlu dimasyarakatkan di dunia pendidikan. Selama ini, salah satu masalah klise yang dihadapi oleh instansi pendidikan adalah mahalnya buku-buku. Tidak mengherankan jika koleksi buku terbaru di perpustakaan mereka pun sangat minim. Justru yang tersedia adalah buku-buku lama dengan kondisi fisik yang kurang menarik untuk dibaca. Tak perlu menyalahkan para pelajar jika lebih betah bermain-main daripada berkunjung ke perpustakaan pada saat jam istirahat. Nah, ketersediaan buku elektronik ini bisa memecah kebekuan minat baca para pelajar Indonesia.



Hemat kertas. Dengan buku elektronik, kegiatan administrasi yang boros kertas bisa dikurangi. Selain itu, bagi guru dan siswa di lingkungan akademik bisa menggunakan buku elektronik ini untuk berbagi ilmu. Tugas siswa berupa paper alias jurnal pun dapat dikumpulkan dalam bentuk elektronik. Tidak bisa dipungkiri, dalam beberapa hal, keberadaan buku cetak memang masih dibutuhkan. Namun, adanya buku elektronik ini, penggunan buku cetak bisa diminimalisasi.



Satu lagi alasan terakhir dan paling krusial adalah buku elektronik bisa menjadi solusi mengurangi dampak pemanasan global. Mengapa? Kita tahu bahwa buku yang biasa kita gunakan terbuat dari bubur kertas yang dihasilkan dari pengolahan batang pohon. Pohon-pohon tersebut diperoleh dengan menebang hutan. Hutan menjadi gundul dan terkadang diselingi dengan kebakaran, baik disengaja ataupun tidak. Asap yang timbul mengandung karbondioksida dan karbonmonoksida yang menjadi cikal bakal melubangnya lapisan ozon. Terjadilah pemanasan global yang meresahkan warga dunia belakangan ini. Tentu saja dampaknya akan berbeda jika kita perlahan-lahan mengurangi penggunaan buku dan beralih ke buku elektronik. Hutan kita tidak banyak ditebang, ketersediaan oksigen menjadi lebih banyak, dampak pemanasan global bisa berkurang, dan bumi pun lebih sehat.



Penggunakan buku elektronik ini juga sangat mudah, anda hanya memerlukan seperangkat komputer, PDA, notebook, netbook, atau cukup telepon seluler yang memiliki fitur reader. Seiring dengan berkembangnya teknologi, harga perangkat-perangkat tersebut cukup friendly sekalipun bagi masyarakat kalangan bawah.



PENERAPAN EBOOK

Pada tanggal 20 Agustus 2008, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) meluncurkan buku elekronik (e-book), sesuai dengan Kebijakan Depdiknas merupakan tindak lanjut PERMENDIKNAS No. 2/ 2008 tentang Perbukuan yakni : Pemerintah Pusat dan Daerah dapat membeli hak cipta buku dari pemiliknya. Semua orang berhak mencetak, memfotokopi, mengalihmediakan dan atau memperdagangkan buku yang hak ciptanya telah dibeli pemerintah. Depdiknas telah membeli 289 hak cipta buku-buku pelajaran berbagai jenjang pendidikan serta menyediakan 2.400 judul buku gratis ke sekolah dan mengalih mediakan kedalam bentuk digital serta menyebarluaskan melalui internet. Pemilihan e-book sebagai bahan ajar telah mempertimbangkan keunggulannya antara lain: Ukuran fisiknya kecil namun mampu menyimpan banyak buku dalam satu satu harddisk, CD-ROM, DVD, dan CD; e-book mudah dibawa da, tidak mudah lapuk dan format digital tersebut tidak mudah rusak serta mudah diduplikasi. Selanjutnya e-book yang berisi buku teks tersebut dapat didownload melalui situs beralamat www.bse-depdiknas.go.id



KENDALA PENERAPAN EBOOK

Penggunaan e-book sebagai media bahan ajar merupakan sebuah langkah maju. Namun pelaksanaan kebijakan tersebut terkesan ’dipaksakan’ untuk saat ini. Kenapa ? Karena pemerintah seolah menutup mata terhadap realitas pendidikan dilapangan. Indonesia bukan hanya Jakarta, Surabaya dan kota-kota besar lainnya yang dimanjakan oleh berbagai fasilitas. Akan tetapi Indonesia terbentang antara Sabang sampai Merauke yang kondisi geografis; kondisi sarana pendidikannya berbeda serta kondisi guru dan para siswanya yang berkemampuan beragam.

Sedangkan e-book merupakan media yang padat teknologi. Adapun tantangan yang dihadapi jika penggunaan e-book dipaksakan sebagai bahan ajar untuk saat ini adalah :

1. Aspek Sumber daya Manusia ( MAN ) : Tingkat melek internet para guru di Indonesia yang hanya mencapai 10 % - 15 % ( Media Indonesia, 27 Juli 2008 ). Hal tersebut akan menghambat implementasi kebijakan e-book. Apalagi para guru telah terbiasa menggunakan pedagogik konvensional dengan mengesampingkan alat bantu pembelajaran. Sedangkan siswa yang terbiasa dengan pengajaran konvensional akan tumbuh budaya ‘Yess Man’. Karena guru adalah sumber pembelajaran yang tidak terbantahkan. Padahal guru dan murid dituntut bersikap kritis, kreatif dan inovatif dalam mencari sumber-sumber pembelajaran di era digital saat ini.

2. Aspek Sarana dan Prasarana ( MACHINE ): Walaupun kurikulum pendidikan Indonesia sama antara daerah satu dengan lainnya. Namun yang membedakannya adalah fasilitas penunjang pendidikan. Implementasi kebijakan e-book tidak akan menemui kendala berarti diwilayah Indonesia Barat karena berbagai fasilitas seperti:: Jaringan internet, hardware, software dan brainware nya memadai. Hal tersebut terjadi sebaliknya di wilayah Indonesia Timur dengan segala keterbatasan yang dimilikinya. Idealnya penggunaan e-book sebagai bahan ajar harus memperhitungkan kelengkapan antara lain: ketersediaan laboratorium komputer/ multi media; jaringan internet; jaringan LAN; LCD/ projektor serta rasio antara komputer dengan siswa berbanding 1: 1. Selain itu infrastruktur Jardiknas belum menjangkau seluruh sekolah berbagai jenjang di Indonesia serta penggunaanya rentan mengalami ’Bottle neck’ (gangguan jaringan akibat pengguna mengakses secara serentak pada suatu situs).

3. Aspek Metode Distibusinya ( METHOD ) : Penggunaan E-book di klaim pemerintah mampu menurunkan ’biaya tinggi’ pendidikan. Karena mampu memangkas rantai distribusi. Jadi pemerintah yang telah membeli hak cipta akan mengalihmediakan buku tersebut dan meng-upload-nya di situs Jardiknas. Sedangkan guru dan siswa yang membutuhkan buku tersebut tinggal mengunduhnya dari situs tersebut. Sekilas hal tersebut praktis dan hemat biaya. Namun jika dicermati maka biaya yang akan dikeluarkan lebih besar. Anggap saja seorang siswa ingin mendownload buku maka ia harus mengeluarkan ongkos untuk sewa Warnet Rp. 6.000,-; ongkos transportasi dalam kota pp Rp. 4.000,-; Beli Compact Disk untuk menyimpan Rp. 5.000,- dan ongkos memprintkan perlembarnya Rp. 500,-. Dari item-item pengeluaran tersebut maka anda dapat mengkalkulasikannya sendiri.

Kamis, 10 Februari 2011

TIPS BEROLAHRAGA AGAR TIDAK MEMBAHAYAKAN JANTUNG

Beberapa kasus orang meninggal usai melakukan olahraga berat seperti sepakbola, tenis, badminton membuat sebagian orang takut untuk melakukan olahraga tersebut. Permasalahan bukan pada cabang olahraganya, melainkan karena terlalu memaksa berolahraga pada kondisi tubuh yang tidak siap.

Kasus publik figur yang meninggal usai melakukan olahraga, seperti Basuki yang meninggal setelah terjatuh saat bermain futsal, Benyamin S meninggal setelah koma beberapa hari usai main sepakbola, serta yang terbaru Adjie Massaid yang meninggal usia bermain futsal, membuat tanda tanya tersendiri apakah olahraga futsal atau sepakbola dapat menyebabkan kematian?

“Yang harus diingat bukan karena cabang olahraganya, tapi memang olahraga prestasi atau fun dapat mengandung bahaya yang fatal untuk kesehatan bila dilakukan saat tubuh tidak siap secara fisik dan mental,” jelas dr Michael Triangto, SpKO, Spesialis Kedokteran Olahraga di RS Mitra Kemayoran.
Menurut dr Michael, semua jenis olahraga mengandung risiko untuk kesehatan, yang paling sering misalnya cedera, putus tendon atau robekan di daerah otot, bahkan yang fatal dapat menyebabkan stroke atau serangan jantung. Namun karena kebanyakan tidak menyebabkan kematian, hal tersebut tidak terlalu dihebohkan.

“Tapi bukan berarti saya melarang orang untuk berolahraga atau menakut-nakuti. Olahraga tetap dibutuhkan tubuh, asalkan orang itu siap secara fisik dan mental, serta tidak memaksakan olahraga melebihi 100 persen tubuhnya,” lanjut dr Michael yang juga menjabat sebagai Kepala Sub Bidang Kedokteran Olahraga, Litbang PB PBSI.

dr Michael mengatakan, kebanyakan orang yang mengalami cedera atau masalah kesehatan saat melakukan olahraga adalah karena tubuhnya tidak siap secara fisik dan mental. Apalagi bila sebelumnya orang tersebut sudah memiliki masalah kesehatan, seperti hipertensi atau kolesterol tinggi, tapi tidak pernah diperiksakan melalui check up.

Selain itu, orang awam yang tidak terlatih biasanya sering memaksakan diri melakukan olahraga kompetitif atau olahraga berat melampaui 100 persen kemampuan tubuhnya.

“Memaksakan diri berolahraga berat dengan melebihi 100 persen kemampuan tubuh dapat membahayakan organ-organ di tubuh, termasuk jantung. Untuk itu, perlu juga diperhatikan olahraga apa dan seberapa kemampuan tubuh kita,” jelas dr Michael.

Menurut dr Michael, berapapun usia seseorang bila ia memiliki kesiapan secara fisik dan mental, maka tidak bermasalah saat melakukan olahraga berat sekalipun. Tapi bila Anda memaksakan diri melakukan olahraga berat saat tubuh tidak siap, secara fisik mungkin bisa menerimanya, tetapi tidak dengan jantung Anda.

Agar tidak terjadi masalah kesehatan saat melakukan olahraga, dr Michael memberikan beberapa tips sehat dan aman, yaitu:

1. Cek denyut nadi sebelum berolahraga
Sebelum olahraga sebaiknya cek tekanan darah (tensi). Tapi bagi orang awam bisa dengan mengecek denyut nadi di pergelangan tangan atau di leher. Denyut nadi yang normal adalah 60-90 denyut per menit.

Bila denyut nadi di atas atau di bawah jumlah tersebut, sebaiknya jangan memaksakan diri untuk berolahraga, apalagi olahraga berat. Denyut nadi di bawah atau di atas normal menandakan bahwa tubuh Anda dalam kondisi yang tidak prima.

2. Tidak pusing saat bergerak dari jongkok ke berdiri
Bila Anda merasa pusing saat ganti posisi tubuh saat jongkok ke berdiri, artinya jantung tidak mampu memompa darah secara maksimal. Dalam kondisi ini juga jangan paksakan diri untuk berolahraga berat.

3. Jangan paksakan diri saat pertama kali olahraga
“Perhatikan kemampuan tubuh, jangan lakukan olahraga melebihi 100 persen kemampuan tubuh. Jantung harus dilatih secara teratur dan berkesinambungan, setidaknya seminggu 3 kali. Bila Anda sudah lama tidak berolahraga, maka jangan memaksakan diri untuk olahraga kompetitif seperti sepakbola yang harus kejar-kejaran skor. Lakukan secara bertahap sambil dilihat keluhannya,” jelas dr Michael.
 
blogger template by arcane palette